Kamis, 27 Januari 2011

Juru Kunci


Pada 26 Oktober 2010 Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah-DI Yogyakarta kembali meletus. Mbah Maridjan Sang Juru Kunci ikut jadi korban letusan. Frasa juru kunci kembali marak di media massa. Frasa ini mulai memasyarakat pada erupsi Merapi 2006. Ketika itu Mbah Maridjan menolak ikut mengungsi dan tetap bertahan di kampungnya. Kampung Kaliadem di sebelah timur Kinahrejo hancur diterjang awan panas. Sementara itu, Kinahrejo kampung Mbah Maridjan selamat. Mbah Maridjan lalu menjadi idola dan bintang iklan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, juru kunci adalah penjaga dan pengurus tempat keramat, makam, dan sebagainya. Dalam entri KBBI, kuncen diartikan ’juru kunci’. Juru kunci dalam KBBI diadopsi dari Baoesastra Djawa WJS Poerwadarminta, djoeroe koentji ’wong sing pinatah ngrekso pakoeboeran oetawa papan sing kramat’.
Dalam Baoesastra Djawa, entri koentjèn malahan tidak ada. Yang ada pakoentjèn, yang diartikan sebagai rumah juru kunci. Belakangan kata pakuncèn dalam kosakata bahasa Jawa berkembang hingga hilang awalannya menjadi kuncèn. Maknanya juga berubah dari tempat tinggal menjadi jabatan, profesi. Istilah kuncèn umum digunakan dalam bahasa lisan, sedangkan juru kunci digunakan dalam bahasa tulis.
Awalnya istilah juru kunci hanya digunakan menyebut penjaga makam tokoh keramat. Makam mereka biasanya berada dalam bangunan berpintu dan pintu tersebut ditutup serta dikunci. Ketika ada yang datang, juru kunci akan melepas kunci, membuka pintu, dan menyilakan pengunjung masuk. Pengertian juru kunci kemudian berkembang. Frasa juru kunci juga diperuntukkan bagi para penjaga makam dan tempat keramat yang tak berada dalam bangunan. Bahkan, akhirnya gunung sebesar Merapi dan berada di ruang terbuka pun perlu dijaga juru kunci.
Gunung di Jawa memang selalu dikeramatkan masyarakat sekitar. Bahkan, masyarakat Jawa berkecenderungan aneh.
Merapi adalah gunung berapi yang dikeramatkan oleh dua keraton di Jawa: Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Kasunanan Surakarta ”menguasai” sisi utara Gunung Merapi di Kecamatan Sela, Kabupaten Boyolali. Kasultanan Yogyakarta ”menguasai” sisi selatan Gunung Merapi di Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan, Kabupaten Sleman.
Di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangringan, secara rutin Kasultanan Yogyakarta melakukan upacara adat yang dilaksanakan juru kunci. Ritus seperti ini sebenarnya peninggalan zaman neolitikum. Gunung berapi adalah tempat yang dilematis bagi manusia purba. Di satu sisi, lahan di sekitar gunung berapi sangat subur, sementara di sisi lain setiap saat mara bahaya akibat erupsi terus mengancam. Agar erupsi tak merusak dan menewaskan warga, gunung dibujuk dengan aneka ritus, termasuk pemberian sesaji dan kurban. Maka, seorang juru kunci pun diperlukan.
F Rahardi Penyair

Tidak ada komentar:

Posting Komentar