Jaya Suprana

Istana DPR dan Rumah Rakyat

Semua faksi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia telah berhasil meraih kesepakatan dan ketekadan bulat untuk membangun gedung baru dengan anggaran Rp 1,3 triliun.
Kebulatan itu bahkan didukung dengan segala persyaratan, peraturan, dan prosedur administratif. Semua secara legal mengabsahkan keputusan DPR sebagai lembaga tertinggi negara tanpa bisa diganggu gugat.
Kemanusiaan
Kebetulan saya bersahabat dengan seorang insan bukan anggota DPR yang sangat saya kagumi dan kadang membuat malu sebab saya merasa tidak mampu berkarya kemanusiaan tanpa pamrih seperti Romo Sandyawan Sumardi. Saya makin kagum karena karyanya murni kemanusiaan tanpa secuil pun pamrih penyebaran agama, kepentingan politik, apalagi bisnis.
Setelah membangun ratusan rumah untuk para korban petaka tsunami di Banda Aceh, kini Romo Sandi kembali ke Jakarta. Ia asyik bekerja sama dengan para arsitek kaki-telanjang membangun rumah-rumah untuk kaum miskin di bantaran Kali Ciliwung di kawasan Bukit Duri dan Kampung Pulo.
Karena kaum miskin yang dibantu Romo Sandi adalah para pelaku ekonomi informal yang sebenarnya justru saka guru ekonomi nasional sejati, maka rumah yang dibangun sengaja dibuat dua tingkat: tingkat atas untuk tempat tinggal dan tingkat bawah untuk tempat kerja. Dengan tipe 3A, maka rata-rata ukurannya adalah 2 x (9 x 9) meter persegi atau 162 meter persegi.
Menurut Romo Sandi, biaya yang tidak dianggarkan tetapi nyata dikeluarkan untuk setiap rumah maksimal Rp 15 juta. Belum terhitung fakta bahwa segenap rumah di bantaran Kali Ciliwung berfasilitas pemandangan sungai dan kolam renang yang dijamin lebih panjang dari kolam renang di gedung baru DPR!
Iseng-iseng saya mencoba menghitung berapa rumah yang bisa dibangun oleh Romo Sandi bukan untuk para wakil rakyat, melainkan rakyat yang benar-benar miskin sehingga benar-benar membutuhkan rumah dengan anggaran biaya Rp 1,3 triliun.
Langsung saya menghadapi kesulitan menghitung. Di samping saya gap-hit alias gagap-hitung, kebetulan kalkulator saya juga za-dul alias zaman-dulu yang berkapasitas hanya maksimal delapan digit. Padahal, satu triliun terdiri dari 13 digit.
Terpaksa saya memangkas nilai 1.300.000.000.000 menjadi 1.300.000 agar masuk daya hitung kalkulator za-dul saya. Angka itu kemudian saya bagi dengan 15.000.000 yang saya pangkas menjadi 15. Saya tidak percaya ketika hasil pembagian 1.300.000 dengan 15 ternyata yang keluar adalah angka 86.666,666 yang apabila dijutakan menjadi 86.666.666.666 alias delapan puluh enam miliar enam ratus enam puluh enam juta enam ratus enam puluh enam ribu enam ratu enam puluh enam.
Karena tidak percaya, saya ulang kembali perhitungan 1.300.000 dibagi 15 kemudian dikalikan sejuta. Ternyata memang 86.666.666.666! Believe it or not, dengan uang Rp 1,3 triliun, Romo Sandi bisa membangun rumah layak huni sekaligus layak kerja bagi 86.666.666.666 keluarga miskin di persada Nusantara tercinta.
Malah, karena jumlah astronomis luar biasa banyak, maka bisa diperoleh tambahan potongan harga borongan yang berarti bisa membangun rumah rakyat lebih banyak lagi.
Terus terang otak terbatas saya sulit membayangkan berapa banyak 86.666.666.666 rumah itu dan betapa banyak rakyat Indonesia yang bisa memperoleh tempat berteduh sesuai dengan cita-cita terluhur bangsa Indonesia, yaitu masyarakat adil dan makmur.
Keadilan sosial
Saya yakin para anggota DPR adalah para insan cerdas yang pasti lebih mampu menghitung ketimbang saya yang gap-hit dengan kalkulator za-dul pula. Karena para anggota DPR pasti juga insan yang arif bijaksana, tentulah sudah mempertimbangkan masak-masak kebulatan sepakat dan tekad mereka untuk membangun gedung baru. Tempat kerja yang mereka anggap layak dan memadai sebagai para wakil rakyat yang telah terpilih oleh rakyat untuk mewakili kepentingan rakyat, bukan kepentingan lembaga, parpol, dan pribadi masing-masing.
Saya yakin para anggota DPR dalam menentukan anggaran biaya juga pasti profesional dan didukung para ahli keuangan spesialisasi manajemen anggaran, khususnya anggaran lembaga kenegaraan. Saya yakin mereka secara profesional telah memperhitungkan segenap aspek dan unsur keuangan negara sebelum memutuskan jumlah anggaran biaya Rp 1,3 triliun untuk membangun gedung baru DPR.
Saya yakin bahwa nurani para anggota DPR RI yang terhormat yang mewakili kepentingan rakyat memang telah saksama melalui musyawarah dan mufakat (di antara mereka sendiri) memutuskan untuk membangun hanya satu gedung baru DPR ketimbang 86.666.666.666 rumah layak huni bagi kaum miskin yang seharusnya mereka wakili.
Saya yakin para anggota DPR memang yakin bahwa pembangunan gedung baru DPR merupakan prioritas yang wajib diutamakan ketimbang sekadar membangun rumah layak huni bagi rakyat miskin.
Saya yakin segenap anggota DPR pasti sudah sangat menghayati makna sehingga konsekuen dan konsisten menjabarkan asas kemanusiaan dan keadilan sosial yang terkandung dalam falsafah Pancasila.
Insya Allah, segenap keyakinan saya tidak keliru.

(Sumber: Kompas, 29/1/2011)