Kamis, 27 Januari 2011

Diam-diam


Pembaca, izinkan saya menyampaikan kebingungan ini. Tiba-tiba terbetik warta dari pucuk tertinggi pemerintah negara ini, ada revolusi diam-diam atau the quiet revolution di negeri kita. Suatu pengakuan akibat selip lidahkah ini atau sekadar kekhilafan memilih kata?
Dicetuskan konon oleh seorang jurnalis dari Toronto, istilah Quiet Revolution merujuk pada masa perubahan mendasar tata sosial di Quebec, Kanada, sejak 1960 hingga 1966. Dalam peristiwa itu, pemerintah lama di bawah Perdana Menteri Maurice Duplessis digantikan oleh Jean Lessac yang lebih modernis. Sejak itu Quebec keluar dari zaman kegelapannya dan masuk ke dalam arus modernisasi. Quebec menjadi sekuler, liberal, tetapi tetap nasionalis. Nilai-nilai kuno yang konservatif dan menghambat ditinggalkan, pendidikan menjadi utama. Kendati radikal, semua perubahan itu berlangsung tenang, tanpa terasa, sehingga disebut quiet revolution; tetapi bukan diam-diam.
Kamus menakrifkan diam-diam sebagai ’tak diketahui orang lain’ dan ’secara rahasia’. Lebih gamblang, tesaurus menambahkan makna lain: ’slintat-slintut’. Maka, khilaflah bila kita mengatakan, antara lain, ”Presiden diam-diam membagikan buku dan cendera mata lain dalam upacara kenegaraan yang baru lalu.” Keliru pula bila kita menyatakan, ”Pusat Bahasa diam-diam menerbitkan tesaurus baru.” Pasalnya, dalam kedua peristiwa tersebut tak ada yang dilakukan secara rahasia, slintat-slintut, agar tak seorang pun tahu. Semuanya jelas, seterang siang hari.
Berbeda soalnya bila ada sesuatu yang dirahasiakan. Misalnya dalam ujaran, ”Ketua RT diam-diam berusaha mempercantik citranya di mata warganya dengan membagikan cendera mata.” Di sini diam-diam digunakan untuk mengungkapkan bahwa ada maksud lain yang tersembunyi dan tak mudah dibuktikan di balik pemberian cendera mata. Begitu pula dengan ungkapan, ”Lembaga XYZ diam-diam menjiplak hingga titik koma suatu tesaurus dan menerbitkannya dengan judul yang baru.” Kata diam-diam bisa digunakan bila terbukti telah terjadi slintat-slintut dalam penerbitan buku tersebut, yang oleh pelaku dirahasiakan kebenarannya.
Jadi, mengikuti pengertian di atas, revolusi diam-diam bisa dimaknai sebagai revolusi yang dilakukan secara rahasia. Namun, dalam konteks warta di atas, siapakah di antara kita yang tak tahu bahwa telah diadakan Pilkada, Pemilu, maupun Pemilihan Presiden? Adakah di situ yang diam-diam?
Maka pembaca, dalam kebingungan saya, izinkanlah saya menganggap warta itu kekhilafan belaka, bukan pengakuan, kendati yang belakangan ini juga mungkin benar. Namun, jika itu benar, apakah yang kiranya disembunyikan? Revolusi slintat-slintut apakah yang sedang berlangsung?
Pembaca, untuk kali ketiga meminta izin, kali ini perkenankanlah saya untuk tidak berandai-andai dan terus meyakini bahwa warta revolusi diam-diam yang kita dengar itu hanyalah hasil kekhilafan memilih kata. Barangkali yang ingin disampaikan sesungguhnya adalah revolusi damai. Bukan yang lain.
Christina M Udiani Redaktur Penerbit KPG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar