Jumat, 11 Februari 2011

Politikisasi

Ketika seorang pejabat tinggi Batak mengusulkan pemberian gelar Raja Batak kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono belum lama berselang, banyak orang sesukubangsanya yang kaget dan marah. Mereka langsung berdemo melancarkan tuduhan politisasi dengan lantang dan garang.
Anggapan mereka, si pengusul sedang mengejar keuntungan politik dengan mengorbankan budaya leluhur dan mengabaikan pendapat mayoritas masyarakat Batak.
Bulan sebelumnya, di tengah euforia langka sepak bola, Golkar meraup tuduhan politisasi ketika pemain-pemain Tim Nasional PSSI yang sedang berjuang meraih posisi nomor satu di Asia Tenggara, tiba-tiba diundang ke rumah sang ketua partai. Padahal, lebih baik mereka bermandi keringat di lapangan rumput atau melepas lelah di kamar sendiri. Sampai-sampai sang pelatih yang penuh dedikasi dari negeri seberang bersitegang leher memendam murka.
Memang kata politisasi umum dipakai dalam arti negatif. Kata itu lazim diteriakkan ketika pejabat dan orang partai dianggap tidak tulus, berusaha mengukuhkan kekuasaan politik diri dengan mengorbankan orang banyak atau menyelewengkan makna sejati suatu situasi yang sebetulnya tidak bernilai politis. Tentu saja si penuduh juga tak luput dari tuduhan balik bahwa mereka sendiri melakukan politisasi dengan cara menuduh orang lain berpolitisasi!
Politisasi diambil persis dengan makna konotatifnya dari kata Inggris politicization. Politisir dari Belanda sudah diapkir. Arti denotatif to politicize adalah menjadikan sadar politik atau menjadikan bersifat politik. Jadi tidak dengan sendirinya buruk negatif, tapi dalam pemakaian umum hampir selalu.
Entah bagaimana, bentukan sederhana politic+ization mengalami sunatisasi hingga lahirlah politisasi, bukan yang seharusnya politikisasi atau politisisasi. Kedua pilihan yang lebih tepat ini muncul karena ada keraguan tentang keabsahan akhiran non-Melayu yang berarti menjadikan itu.
Apabila –isasi dianggap baku, politikisasi sudah pas. Bila tidak, bentukan Inggris diambilalih seluruhnya, politisisasi. Ini analogis dengan standardisasi yang diambil komplet dari standardization dan bukan dari gabungan standar+isasi. Kalau pembaca termasuk pembenci –isasi, bolehlah pakai kata pemolitikan. Sayang ini kurang laku.
Politisasi haruslah dianggap berasal dari polit+isasi, atau politization. Ini meruwetkan perkara karena walaupun politization tidak baku, to politize sebetulnya ada, tetapi artinya lain. Menurut Oxford English Dictionary, ia berarti menjadikan (seseorang) warganegara, menangani sesuatu secara diplomatis, atau menjalin hubungan politik dengan. Sedangkan menurut Webster, artinya berbalah seperti politikus. Kata ini sudah sekarat, tiada lagi penuturnya. Hari ini, hanya kamus-kamus raksasa yang masih ingat to politize.
Hampir pasti politisasi salah kaprah akan terus menghiasi spanduk protes dan judul berita karena politikus di mana-mana memang doyan politikisasi. Sementara itu, Indonesianisasi istilah asing masih karut. Perlu matangisasi.
Samsudin Berlian Penyuka Bahasa
Sumber: KOMPAS, 11-2-2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar